Jumat, 25 Desember 2015

Pengakuan Crespo Tentang Final Liga Champions Di Istanbul (Musim 2004/2005)



Final Istanbul, siapapun tidak akan melupakan
momen paling dramatis dalam sejarah final
Liga Champions tersebut, bagaimana tidak,
Milan yang pada babak pertama sudah
menghajar Liverpool dengan skor 3-0 justru
mampu disamakan di babak kedua oleh
Liverpool dengan skor 3-3, lebih dramatis lagi
ketika AC Milan kalah dalam adu penalti.
Mimpi untuk membawa gelar ketujuh trofi si
kuping lebar musnah, beruntung 2 tahun
kemudian mereka mampu membalas kekalahan
menyakitkan tersebut dengan skor 2-1 di Final
Liga Champions di Athens Yunani dengan
lawan yang sama, Liverpool.
Masih banyak orang yang penasaran dengan
apa yang sebenarnya terjadi di ruang ganti
Milan pada jeda babak pertama tersebut
sehinggga pada babak kedua mereka
melempem dan dipaksa menyerah oleh
Liverpool. Beredar rumor bahwa skuad Milan
saat itu sudah merayakan pesta juara di ruang
ganti karena mereka sudah unggul telak 3-0 di
babak pertama.
Namun kabar tersebut dibantah Hernan Crespo
yang merupakan bagian dari skuad Milan pada
saat itu, berikut ini petikan wawancara
eksklusif dengan Crespo :
Crespo: "Saya rasa laga tersebut adalah
bagian dari keindahan sepakbola, pertandingan
itu adalah bagian dari takdir, dari hal-hal yang
tidak bisa dijelaskan.. sejujurnya, bahkan
sampai hari ini saya masih tidak percaya kami
kalah pada laga itu."
Crespo: "Bagi saya berada bermain di final Liga
Champions untuk Milan adalah pengalaman
terbaik yang bisa saya bayangkan, saya
tumbuh menyaksikan tim besar seperti Milan
dengan pemain Belandanya, aku merasa
seperti saya tinggal mimpi.."
Crespo: "Saya memulainya dengan mencetak
dua gol dan yang lainnya dicetak oleh legenda
seperti Paolo Maldini, itu adalah salah satu
malam-malam di mana Anda dapat melakukan
segala sesuatu dengan mudah, semuanya
bekerja sesuai keinginan Anda."
Crespo: "Tidak ada pesta di ruang ganti [Pada
HT], cerita-cerita itu hanya gosip. Karena di
Milan kami memiliki pemain seperti Nesta,
Maldini, Pirlo, Gattuso, Seedorf, Shevchenko,
apakah Anda pikir mereka akan merayakan
setelah 45 menit? Justru sebaliknya!"
Crespo: "Ada beberapa dari mereka yang
membahas bagaimana kita tetap harus
bermain lebih baik, meskipun fakta kami sudah
mengalahkan Liverpool 3-0 di babak pertama.
Carlo [Ancelotti] pun tidak memberi kami
petunjuk khusus. Dia ingin kami untuk tetap
tenang, ia ingin memastikan kami tidak puas."
Crespo: "Kami tidak punya waktu [Dalam 6
menit di mana Milan kebobolan dalam 3 gol]
untuk berbicara satu sama lain, percayalah.
Benitez mengubah pertandingan dengan
bergerak: Didi Hamann datang di depan
pertahanan untuk menutupi pertahanan dan
membebaskan Steven Gerrard. Perubahan itu

menempatkan kami dalam situasi yang sangat
sulit Dan kemudian sesuatu yang hanya takdir
bisa mengendalikan terjadi."
Crespo: "Karena dipimpin gol Gerrard, Smicer
dengan tembakan yang kuat, dan kemudian
pinalti yang pertama kali diselamatkan Dida tapi
kemudian dtuntaskan oleh Alonso.Saya tidak akan
pernah lupa Dudek menyelamatkan gawangnya
dari upaya Shevchenko untuk mencetak gol,
sesuatu yang luar biasa. Saya percaya bahwa
Jerzy Dudek sampai hari ini masih tidak tahu
bagaimana ia menghentikan tembakan
Shevchenko kala itu."
Crespo: "Ketika Liverpool mencetak gol penalti
terakhir saya berkata pada diri sendiri "Tidak,
itu tidak benar bahwa saya akan pergi dan
mandi tanpa memenangi Liga Champions
ketika kami sudah unggul 3-0."
Crespo: ". Jadi saya duduk di belakang
fotografer, saya harus melihat dengan mata
saya sendiri bahwa Gerrard benar-benar akan
mengangkat trofi. Aku masih tidak bisa
percaya, itu tidak tampak nyata Mustahil
bahwa Gerrard lah yang akhirnya mengangkat
trofi. Dan ketika Steven akhirnya
mengangkatnya, saya berpikir " Jadi itu benar-
benar terjadi " lalu kemudian saya pergi ke
ruang ganti tanpa bisa bicara sepatah
katapun."
Crespo: "Bagaimana suasana di ruang ganti
setelah itu? Sederhana: seperti pemakaman."
Crespo: "Itu adalah saat yang sangat sulit,
bahkan tidak ada yang bisa berbicara ketika
kami kembali ke hotel. Beberapa rekan-rekan
menangis, yang lainnya memeluk istri dan
anak-anaknya, percayalah, itu adalah malam
yang sangat sulit."
***
Mantan striker
Parma, Hernan Crespo, mengaku sulit melupakan
kenangan manisnya bersama AC Milan. Crespo
mengungkapkan bahwa bermain bersama "I
Rossoneri" merupakan masa terbaik dalam
kariernya.
Crespo bergabung bersama Milan pada musim
2004/2005 setelah dipinjam dari Chelsea. Meski
hanya semusim, pemain asal Argentina itu tampil
gemilang dengan membawa Milan ke final Liga
Champions melawan Liverpool. Mantan pemain
Inter Milan itu juga sukses membuat dua gol di
pertandingan tersebut.
"Waktuku di Milan cukup sulit. Aku datang dari
Chelsea dan harus beradaptasi dengan sepak bola
Italia lagi. Kemudian aku mulai mencetak gol lagi
dan kami mampu mencapai babak akhir di semua
kompetisi," kata Crespo jelang pertandingan
Parma melawan Milan, Rabu (24/3/2010).
Mantan pemain Inter Milan itu sedih karena harus
meninggalkan "I Rossoneri" dan kembali ke
Chelsea. "Kurang lebih seperti itu (sedih). Ketika
Anda bermain di tim sebesar Milan, pikiran
terakhir yang ada di kepala Anda adalah
hengkang ke klub lain. Setelah melalui musim
fantastis dengan 18 gol, dua gol di antaranya di
final Liga Champions, aku pikir aku akan tinggal.
Milan pun berpikiran sama," ujar Crespo.





"Namun, (pemilik Chelsea Roman) Abramovich
tidak mengizinkannya. Ia menginginkanku kembali
ke Chelsea. Kenyataannya mereka tak bisa
membiarkanku tinggal di Milan setelah aku
mencetak gol di final Liga Champions dan ke
gawang Brasil," ungkap pemain 34 tahun
tersebut.(*)









***
Mantan penyerang
AC Milan Hernan Crespo akan senang bermain
untuk Rossoneri di kala mereka menang Liga
Champions 2007 melawan Liverpool. Pelatih
Parma Primavera tersebut mencetak dua gol saat
Milan kalah adu penalti dari Liverpool di final Liga
Champions 2005.
Namun, ketika Milan sanggup membalas dendam
dua tahun kemudian, ia sudah berganti kostum
membela Inter Milan. "Saya berhasil bermain
untuk Milan, tim yang saya cintai. Tapi, hanya
untuk satu tahun karena final Liga Champions
kami kalah," ujar Crespo kepada La Gazzetta dello
Sport, dilansir Forza Italian Football, Jumat
(12/9).
Menurut dia, kepergiannya memperkuat Inter
sangat disesalkan Wakil Presiden Adriano Galliani.
Dengan jujur, kata Crespo, Galliani mengaku
beberapa kali telah membuat kesalahan tidak
mempertahankannya.
"Saya kecewa tentang keputusan itu karena saya
tidak bisa membalas dendam melawan Liverpool
pada tahun 2007. (Alessandro) Nesta, (Andrea)
Pirlo, (Gennaro) Gattuso, (Cristian) Brocchi, dan
(pelatih Carlo) Ancelotti, 'Saya menerima pesan
dari beberapa pemain Milan' setelah menang Liga
Champions pada tahun 2007."



 
"Mereka menulis bahwa trofi CL juga adalah
milikku -. Dan berpikir bahwa saya bermain untuk
Inter pada waktu itu saya tidak akan melupakan
itu."
Crespo: "Stam dan saya seharusnya menjadi
bagian dari staf Seedorf di Milan. Tapi kemudian

dia meneleponku dan mengatakan bahwa
kesepakatan itu sangat sulit tercapai







***  
#Dikutip dari berbagai sumber



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar