Nama Hernan Crespo sudah
tidak asing lagi bagi pecinta sepakbola era 90an dan 2000 awal. Dia adalah
salah satu striker terbaik Argentina
bertipikal striker murni. Di eropa dia mengawali karir di Parma. Setelah terbilang
sukses di Parma dia di beli oleh Lazio tim
yang baru saja menjuarai Liga Serie A Italia, bahkan dia sempat memegang rekor
transfer saat itu sebelum dipecahkan oleh playmaker France Zinedine Zidane. Namun
disaat itu pemilik klub Lazio mengalami kejatuhan financial dan terpaksa
menjual para pemain bintangnya, tak terkecuali Crespo.
Akhirnya Inter Milan menjadi pelabuhan selanjutnya bagi
Crespo, dia menggantikan Ronaldo Brazil yang hengkang ke Real Madrid serta
mewarisi nomer jersey nya juga. Tak bertahan lama di Inter, klub Inggris yang
sedang membangun tim besar dengan pemilik baru Roman
Abrahamovic yakni Chelsea menginginkan jasanya di Stamford Bridge. Lewat pelatih Claudio Ranieri Chelsea berusaha mendatangkanya. Sesungguhnya
Crespo sudah betah di ranah Italia namun petinggi Inter sudah memutuskan dia
akan di jual.

Jadilah Chelsea tim selanjutnya
bagi Crespo. Kultur di Britania nampaknya
tidak cocok untuk seorang Crespo dia tidak bisa mengeluarkan performa terbaiknya.
Lalu terjadi pergantian pelatih di tubuh Chelsea, Claudio
Ranieri digantikan pelatih yang baru saja sukses mengantar Porto sebuah
klub di Portugal meraih kesuksesan luar biasa salah satunya menjuarai Liga
Champions, dia adalah Jose Mourinho. Nampaknya
pemilik Chelsea serius dengan berambisi menjadikan klubnya menjadi tim yang bersaing
dengan tim-tim besar lain. Dana besar dia sediakan untuk membangun Chelsea
dengan cara mendatangkan banyak pemain berkelas yang dibutuhkan Mourinho, salah
satunya penyerang asal Pantai Gading Didier Drogba
dari Marseille. Karena sama-sama berposisi
striker utama maka Mourinho memberitahu Crespo supaya dia bisa beradaptasi
dengan pemain baru yang mungkin akan saling bergantian di mainkan. Namun disaat
itu datang tawaran dari Italia, dari AC Milan
pelatih Carlo Ancelotti menginginkan peran Crespo
karena salah satu striker mereka Filippo Inzaghi
dilanda cedera panjang.
Crespo pun di pinjam untuk semusim dan kali ini membela
Milan rival mantan klubnya dulu Internazionale.
Di sini dia menemukan bentuk permainanya kembali. Gol demi gol lahir dari kaki
dan kepalanya. Performa Milan pun juga menanjak sejak kehadiranya, duetnya
bersama penyerang Ukraina Andriy Shevchenko
menjadikan lawan tidak bisa tenang karena bahaya yang selalu mengancam meraka. Selain
itu karena Milan saat itu diisi oleh
pemain-pemain hebat lainnya antara lain Kiper Nelson
Dida, Bek tengah Nesta dan Stam, bek sayap Cafu dan
Maldini dilini tengah ada nama semacam Clerence Seedorf, Ricardo Kaka, Manuel Rui Costa, Genaro
Gattuso, dan Andrea Pirlo tim ini menjelma
menjadi tim yang begitu kuat mungkin yang paling kuat yang pernah aku lihat
karena keseimbangannya mulai dari lini belakang yang tangguh, lini tengah yang
dihuni pemain berkelas, dan striker mautnya.
Di Liga Champions Crespo memegang peranan penting bagi Milan dalam
mencapai Final, sebelum melawan Liverpool Milan
harus menjalani pertandingan tak kalah bergengsi melawan tim England lainya
yaitu si Iblis Merah Manchester United tanpa
striker andalan mereka Sheva. Namun Ancelotti bukanlah pelatih semenjana, dia pelatih yang
bagus. Milan memainkan formasi satu penyerang dialah Crespo yang merupakan pemain
pinjaman, hasilnya? Sungguh tepat strategi dari Don
Carletto kepercayaan yang ia berikan tidak disia-siakan. Crespo menunjukkan kelasnya sebagai pembeda di dua
laga yang harus dilalui.
Laga pertama di Old Trafford kedua
tim bermain menyerang dan sama-sama kuat, sampai pada saat Crespo mencuri gol kemenangan. Berawal dari sepakan
keras Seedorf bola tak mampu ditangkap sempurna
oleh kiper MU dilaga itu Casey Carrol,
bola liar sesegara diperebutkan oleh Carrol dan Crespo yang datang dari garis
pertahanan MU, celakanya Crespo lebih cepat dan berhasil menceploskan bola ke
gawang MU. Salah satu kelebihan Crespo dia bisa membaca arah bola, positioning
dia sangat baik, dan respon dia juga lebih cepat dibanding pemain belakang
lawan.
Laga kedua di San Siro pun
tak kalah seru, keduanya masih sama-sama menyerang demi bisa mencetak gol
secepat mungkin, pertandingan juga terlihat sama-sama kuat. Namun lagi-lagi Crespo keluar
sebagai protagonis melawan tim besutan Fergie
itu yang dihuni Cristiano Ronaldo, Rooney,
Nistelrooy, Giggs, Scholes, Roy Keane, Ferdinand, Gary Neville. Berawal saat
Milan menguasi bola disisi pertahanan mereka Nesta melihat posisi Cafu
yang bebas disisi depan kanan dan dia langsung memberi umpan jauh yang terukur,
sebentar menguasai bola Cafu langsung mengirim
Crossing ke depan gawang MU disana ada Crespo
yang dijaga Ferdinand. Ferdinand tak bisa
menjangkau bola yang terlalu tinggi itu namun Crespo
mampu melompat untuk menyambut umpan yang ditujukkan kepadanya itu dan
Boom!!! Dengan cedik Crespo mengarahkan bola ke tiang jauh sebelah kanan tanpa
bisa di cegah kiper MU di pertandingan itu Tim Howard.
Gol semacam itu juga menjadi satu kelebihan Crespo yaitu duel udara dan
sendulan mematikan. MU pun dipastikan tersingkir dan Milan yang berhak lolos
dengan agregat 2-0 berkat Crespo. Beruntung
juga Milan meminjamnya saat itu dari Chelsea.
Kemudian final melawan Liverpool
semua orang sudah mengetahui hasilnya. Sesungguhnya Milan bisa juara saat itu
namun keberuntungan belum berpihak dengan meraka. Unggul 3-0 di babak
pertama bahkan Crespo mencatatkan dua gol di laga final, jarang ada
pemain yang bisa melakukan itu seingatku hanya Inzaghi
(2007) dari Milan dan Millito (2010) dari Inter
yang bisa menyamainya. Gol pertama ia memanfaatkan assist Sheva melalui situasi serangan balik, sekali lagi
dia terbantu karena positioning dia yang baik. Gol kedua juga dari serangan
balik dari pertahanan Milan Kaka mengirim umpan
direct ke pertahanan Liverpool yang gagal
dihentikan bek, disana bola diperebutkan oleh Crespo dan Dudek yang maju
ingin menjemput bola. Namun tampaknya Crespo lebih cepat dan tanpa control Crespo langsung men-chip bola melewati Dudek, sungguh finishing yang
berkelas, brilliant, dan cantik dari seorang penyerang hebat. Namun sayang
2 gol itu tak mampu memenagkan Milan. Dibabak kedua semua berubah
Liverpool bangkit dan sanggup menyamakan kedudukan menjadi 3-3, Crespo
sendiri diganti jelang akhir laga normal dengan penyerang John Dahl
Tommasen. Pada akhirnya Milan kalah adu pinalti, Dudek menjadi
pahlawan berkat penyelamatan pinalti dari Pirlo
dan Sheva. Kejadian itu sangat memukul seluruh
pemain Milan tak terkecuali Crespo sendiri, dia hampir tidak percaya
semua itu terjadi. Mentalnya pun jatuh dan sempat ingin pensiun dini namun
akhirnya urung terjadi.Setelah final itu, dia tidak dipermanenkan oleh Milan, dia kembali ke klubnya dari masa peminjaman. Berikut pernyataan dia yang membuka kisah sebenarnya dulu : “Waktuku di Milan cukup sulit. Aku datang dari Chelsea dan harus beradaptasi dengan sepak bola Italia lagi. Kemudian aku mulai mencetak gol lagi dan kami mampu mencapai babak akhir di semua kompetisi," kata Crespo jelang pertandingan Parma melawan Milan, Rabu (24/3/2010). Mantan pemain Inter Milan itu sedih karena harus meninggalkan "I Rossoneri" dan kembali ke Chelsea. "Kurang lebih seperti itu (sedih). Ketika Anda bermain di tim sebesar Milan, pikiran terakhir yang ada di kepala Anda adalah hengkang ke klub lain. Setelah melalui musim fantastis dengan 18 gol, dua gol di antaranya di final Liga Champions, aku pikir aku akan tinggal. Milan pun berpikiran sama," ujar Crespo. "Namun, (pemilik Chelsea Roman) Abramovich tidak mengizinkannya. Ia menginginkanku kembali ke Chelsea. Kenyataannya mereka tak bisa membiarkanku tinggal di Milan setelah aku mencetak gol di final Liga Champions dan ke gawang Brasil," ungkap pemain 34 tahun tersebut.(*)
Dan satu lagi : “Saya berhasil bermain untuk Milan, tim yang saya cintai.
Tapi, hanya untuk satu tahun karena final Liga Champions kami kalah," ujar
Crespo kepada La Gazzetta dello Sport, dilansir Forza Italian Football, Jumat (12/9).
Menurut dia, kepergiannya memperkuat Inter sangat disesalkan Wakil Presiden
Adriano Galliani. Dengan jujur, kata Crespo, Galliani mengaku beberapa kali
telah membuat kesalahan tidak mempertahankannya. "Saya kecewa tentang
keputusan itu karena saya tidak bisa membalas dendam melawan Liverpool pada
tahun 2007. (Alessandro) Nesta, (Andrea) Pirlo, (Gennaro) Gattuso, (Cristian)
Brocchi, dan (pelatih Carlo) Ancelotti, 'Saya menerima pesan dari beberapa
pemain Milan' setelah menang Liga Champions pada tahun 2007."Mereka
menulis bahwa trofi CL juga adalah milikku -. Dan berpikir bahwa saya bermain untuk Inter
pada waktu itu saya tidak akan melupakan itu."Jika dilihat-lihat dari beberapa gol yang dibuat oleh Crespo seolah-olah bola itu menghampiri dirinya. Dia pandai mencari ruang dan posisi untuk mencari arah bola dan secepat mungkin memanfaatkannya dibanding pemain lain. Karena tipikal dia adalah striker murni yaitu tugas dia mencetak gol dan menunggu bola, Crespo bukan tipe penyerang dengan kecepatan ataupun dribble menawan, meskipun begitu dia punya respon yang cepat terhadap bola. Selain itu dia memiliki teknik yang lumayan cukup baik untuk seorang penyerang, finishing dia juga bagus dia sering mencetak gol lewat kaki kanan kadang kaki kirinya sama baiknya dan juga dia ahli duel udara tak jarang dia mampu membobol gawang lawan dengan kemapuan sendulanya yang sangat baik dari berbagai situasi dia sanggup menjadikan bola itu mengarah deras ke gawang lawan.
Dia berbeda dari Ronaldo Brazil yang punya dribble hebat
dalam melewati pemain lawan, atau Del Piero yang punya teknik yang lebih baik dari
dia dan juga ahli tendangan bebas, atau Henry dan Sheva yang memiliki kecepatan
dalam melewati lawan. Dia hanyalah striker murni yang menunggu bola dan
memanfaatkanya, striker yang memiliki tipikal seperti dia ada beberapa seperti Miroslav
Klose, Raul Gonzales, David Trezeguet, Christian Vieri, Fernando Morientes,
Didier Drogba. Namun sekarang hanya tersisa beberapa antara lain Robert
Lewandowski, Edin Dzeko, Andy Carrol, Fernando Llorente, Karim Benzema. 
Kisah seorang Hernan Crespo di AC Milan adalah kisah yang menyedihkan dan mungkin terlupakan, lewat tulisan ini aku berharap kisah ini akan dikenang kembali dan untuk sekedar mengingat dalam hidup itu ada masa-masa sulit yang bisa hadir tanpa diinginkan seperti yang dialami Crespo. Terimakasih atas gol-gol yang kau berikan selama berseragam Milan Valdanito, Grazie Hernan! Vamos La Albiceleste



















Tidak ada komentar:
Posting Komentar